Meeting Human Needs, Preventing Violence

Pemenuhan Kebutuhan Manusia, Pencegahan Kekerasan:
Penerapan Teori Kebutuhan Manusia dalam Konflik di Sri Langka

Rangkuman dari Meeting Human Needs, Preventing Violence: 
Applying Human Needs Theory to the Conflict in Sri Lanka,
Gert Danielsen, USAL, September 2005, hlm.1-8.

R.B.E. Agung Nugroho

Kekerasan bukanlah kodrat (sifat dasar) manusia, melainkan konstruksi sosial! (Manifesto Seville, 1986). Tidak ada kodrat agresivitas dalam diri manusia, lalu bagaimana menjelaskan “the need for war”? Misalnya, pada era tahun 1970-an, 65.000 jiwa menjadi korban perang di Sri Lanka antara pemerintah Sri Lanka dan Gerakan Pembebasan Macan Eelam Tamil. Jika kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, lalu bagaimana mengatasinya? Pertama-tama, harus dicari akar permasalahannya untuk menemukan resolusi konflik seperti apa yang dapat digunakan. Salah satu cara pendekatan adalah menggunakan Teori Kebutuhan Manusia (Human Needs Theory, HNT).

Human Needs Theory (HNT)
HNT sering diabaikan atau kurang dikenal oleh para aktivis perdamaian. Teori ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai pisau analisis guna menjelaskan sumber konflik dan menemukan resolusinya.Menurut teori ini, konflik terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan manusia. Kekerasan terjadi ketika individu atau kelompok tidak mampu menemukan cara untuk memenuhi kebutuhannya, atau ketika mereka membutuhkan untuk sekadar dipahami, dihargai, dan dipedulikan.
Bagaimana memahami kebutuhan manusia? Kebutuhan (need) atau kebutuhan dasar (basic need) manusia sering dicampuradukkan dengan kebutuhan akan nafkah. Padahal kebutuhan akan nafkah terjadi karena manusia teralienasi dari kebutuhan yang diciptakan oleh kostruksi sosial dalam masyarakat. Ada juga pandangan yang menganggap bahwa kebutuhan manusia identik dengan kebutuhan biologis dasar, yakni bereksistensi (mengada, hidup). Meskipun muncul banyak konflik terkait dengan tidak terpenuhinya nafkah hidup manusia, biasanya konflik terjadi karena manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan perlindungan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan pemahaman. Itulah kebutuhan esensial manusia dalam kodrat kemanusiaannya.

Ada beberapa ahli yang menjadi penganjur HNT, yakni Abraham Maslow, John Burton, Marshall Rosenberg, dan Manfred Max-Neef. Tabel berikut ini menjelaskan teori mereka!


Maslow
Burton
Rosenberg
Max-Neef
makanan, air, tempat tinggal
keadilan distributif
pemeliharaan/ pengembangan fisik
nafkah
keselamatan, keamanan
keselamatan, keamanan
keterkaitan/ ketergantungan
perlindungan/proteksi
kepemilikan, cinta
kepemilikan, cinta
integritas
afeksi
kepercayaan/harga diri
kepercayaan/harga diri
otonomi
pemahaman
pemenuhan diri
pemenuhan diri
permainan
penciptaan/kreasi

identitas
perayaan/pesta, dukacita/kesedihan
identitas

keamanan budaya
persatuan spiritual
Leisure, idleness

kebebasan

kebebasan

partisipasi

partisipasi

Burton –dalam pendekatan konflik sosial– melihat pendidikan dan budaya secara negatif sebagai salah satu kendaraan untuk memanipulasi persoalan dasar dan dehumanisasi kelompok lain. Kelompok mayoritas sering memanipulasi dan menggunakan kekerasan untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Burton, kebutuhan manusia itu universal, dan rumusan kebutuhannya berbau sosial-politik.
Seperti Burton, Rosenberg juga melihat kebutuhan manusia itu universal. Pemenuhan kebutuhan tersebut sangat esensial bagi manusia untuk bertahan hidup dan kesejahteraannya. Pendidikan dan budaya juga dipandang negatif sebagai bentuk alienasi manusia dari kebutuhan dasarnya. Ia menawarkan pendekatan “Nonviolent Communication” sebagai model untuk menghubungkan kebutuhan satu kelompok dengan kelompok lain, yang terwujud dalam “mediasi”.

Burton, Rosenberg, dan Max-Neef setuju bahwa kebutuhan manusia tidak berstruktur hierarkis, melainkan masing-masing bersifat esensial dan saling melengkapi. Hanya Maslow yang menyusun kebutuhan manusia secara hierarkis.

Kebutuhan vs Strategi atau Pemuas
Rosenberg dan Max-Neef menekankan pentingnya pembedaan antara kebutuhan dengan strategi atau pemuas (satisfier). Dalam mediasi, strategi dan pemuas merujuk pada posisi yang bersifat kultural, kontekstual, spesifik, dapat dinegosiasikan, dan tidak sepadan. Sementara itu, kebutuhan bersifat universal, tidak dapat dinegosiasikan, dansepadan (compatible). HNT merupakan kunci untuk menelaah bahwa semua konflik dapat diselesaikan.

Sebagai contoh, konflik “Semenanjung Sinai” antara Mesir dan Israel pada era tahun 1960-an. Strategi, pemuas, dan posisi mereka tidak sepadan atau tidak cocok/sesuai. Sementara itu, kebutuhan mereka sebenarnya sepadan dan dapat didamaikan. Mesir membutuhkan identitas dan integritas karena Sinai sangat bermakna secara historis bagi bangsa Mesir. Sementara itu, Israel membutuhkan perlindungan dan keamanan. Melalui negosiasi “Camp David”, kebutuhan mereka diklarifikasi dan ditemukanlah strategi baru yang dapat didamaikan. Mesir dapat tetap memperoleh Semenanjung Sinai, dan Israel tetap boleh menempatkan pasukannya di sana. Jadi, kebutuhan masing-masing ditemukan, lalu mencari strategi yang dapat merangkum kebutuhan semua pihak.

Dalam teorinya, Max Neef menyatakan bahwa beberapa pemuas, ketika memenuhi suatu kebutuhan, justru dapat menjadi penghalang pemenuhan kebutuhan lainnya. Pemuas lain dapat memenuhi beberapa kebutuhan atau kebutuhan beberapa pihak dalam satu kesempatan. Inilah yang disebut sebagai pemuas sinergis (synergic satisfier) yang harus dicari untuk memuaskan beberapa kebutuhan dari beberapa pihak sekaligus.

Peran Persepsi
Persepsi manusia memiliki peran penting dalam suatu resolusi konflik. Budaya, pendidikan dan pengaruh sosial berperan besar dalam membentuk pikiran dan persepsi manusia. Misalnya, gambaran atau citra musuh terbentuk, lalu dipertegas dalam level kelompok atau individu lain. Dari situ muncul persepsi bahwa kebutuhan tertentu hanya dapat terpenuhi melalui strategi tertentu dan kelompok lain (musuh) menjadi penghalang yang secara intrinsik ada dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Membangun rasa percaya, dekonstruksi mengenai citra musuh, dan meningkatkan kerjasama merupakan elemen kunci dalam proses resolusi konflik berbasis HNT.

Kegunaan HNT
Pertama, HNT sudah diaplikasikan secara luas pada penanganan konflik kekerasan. Kedua, teori ini berfokus pada sumber konflik dan mencari jalan terbaik bagaimana memenuhi kebutuhan setiap pihak yang sedang berkonflik. Penggunaan model ini dapat mereduksi biaya mahal dalam proses peacebuilding dan usaha menciptakan damai lainnya, serta pembentukan zona pencegahan konflik. Ketiga, teori ini mendorong tumbuhnya kesadaran kemanusiaan yang diharapkan secara mondial.

HNT juga dapat berperan untuk menyatukan kesadaran umat manusia dari latar belakang wilayah dan budaya yang berbeda tentang siapa kita dan bagaimana orang lain juga memiliki kebutuhan, serta merasakan sama seperti apa yang kita rasakan. HNT juga menekankan bahwa kebutuhan manusia tidak dapat dinegosiasikan. Jadi, HNT dapat diterapkan secara universal, menyediakan solusi yang berkelanjutan karena berfokus pada sumber konflik, mempromosikan kesadaran yang berakar dari martabat kemanusiaan, dan memperjelas distingsi antara isu-isu yang dapat dinegosiasikan atau yang tidak dapat dinegosiasikan dalam suatu konflik.

Kritik terhadap HNT
Pertama, bagaimana kebutuhan manusia didefinisikan? Tabel di atas menunjukkan adanya diskrepansi antara teori Burton, Rosenberg, dan Max-Need, yang menegaskan bahwa semua kebutuhan manusia bersifat universal, tidak hierarkis, dan saling melengkapi. Jika kebutuhan manusia dipahami sebagai sesuatu yang kita persepsikan saja, akan sangat sulit untuk menemukannya dalam situasi konflik.

Kedua, ketidakjelasan tentang prioritas kebutuhan yang harus terlebih dahulu diutamakan. Apakah hierarki kebutuhan yang dibuat Maslow sudah menunjuk pada realitas yang sesungguhnya?

Ketiga, pentingnya dialog menjadi sesuatu yang terlalu diagung-agungkan dalam penyelesaian konflik. Pertanyaannya, bagaimana pihak-pihak yang berkonflik bisa duduk bersama dan merumuskan kebutuhan mereka?

Keempat, asumsi HNT adalah identifikasi kebutuhan dari pihak-pihak yang berkonflik. Apakah perumusan kebutuhan itu menjadi hal yang paling penting dalam penyelesaian konflik? Siapa yang akan memutuskan sesuatu disebut kebutuhan dan strategi yang akan digunakan dalam penyelesaian konflik? Bagaimana menyusun prioritasnya?

HNT –sebelum diterapkan– membutuhkan kajian lebih lanjut mengenai validitas, aplikasi, dan kegunaan konkretnya untuk menyelesaikan kasus-kasus konflik dewasa ini. Setelah itu, teori ini membutuhkan ujicoba untuk menyelesaikan kasus-kasus real, dan menerapkan konsep “posisi dan kepentingan” sejajar dengan “kebutuhan dan strategi” dibantu oleh mediator. 

0 komentar:

Posting Komentar